LAPORAN
PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa : Oktari kusuma
Dewi
NPM : 15515260
Tanggal Pemeriksaan : 21
april 2016
|
Nama Asisten : 1.
Rama Rifaldi
2. Obaja L Raja
Paraf Asisten :
|
I Percobaan :
Indera
Penciuman dan Pengecap
1.
Nama
Percobaan : Cara kerja bau dupa,
hio, obat nyamuk bakar.
Nama
Subjek Percobaan : Oktari
Kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk membuktikan bahwa
zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan beberapa wewangian
mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
b.
Dasar
Teori : Hidung merupakan alat
indera yang menanggapai rangsangan bau atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam
rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel
pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori)
di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab
rongga hidung. Ketika kita bernapas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk ke
dalam hidung. Zat kimia yang merupakan sumber bau akan di larutkan pada selaput
lendir, kemudian akan merangsang rambut-rambut halus pada sel pembau. Sel
pembau akan meneruskan rangsangan ini ke otak dan akan diolah sehingga kita
bisa mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut.
Bagian-bagian
hidung terdiri atas :
1.
Jembatan hidung
2.
Punggung hidung
3.
Ujung hidung
4.
Rongga hidung
5.
Sayap
6.
Lubang hidung
7.
Lekuk bibir atas
Cara
kerja hidung :
1.
Bau yang
terhirup akan masuk melalui hidung.
2.
Bau tersebut
larut dalam lendir hidung sehingga menimbulkan rangsangan.
3.
Rangsangan
tersebut di terima oleh ujung penciuman yang kemudian diteruskan ke otak.
Anatomi
dan fisiologi pernafasan bagian atas hidung yaitu :
1.
Rongga hidung
terdiri atas :
-
Vestibulum
yang oleh sel submukosa sebagai proteksi.
-
Struktur konka
yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang
berlapis.
-
Sel silia yang berperan untuk melemparkan
benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan napas.
Bagian
internal hidung adalah rongga berlorong yang di pisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
2.
Faring adalah
tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral dan di interior
vertebra servikalis. Secara deskriptif, faring terdiri 3 segmen yaitu :
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Faring merupakan saluran yang
memiliki panjang kurang lebih 13cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut
kepada laring pada dasar tengkorak.
3.
Laring sering di
sebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya, yaitu berbicara
adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakhea. Laring
memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat
agar tidak masuk ke dalam trakhea. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang
rawan (kartilago) dan bagian dalamnya di lapisi oleh membran mukosa bersilia.
Kartilago laring terdiri atas sembilan buah yang tersusun sedemikian rupa
sehingga membentuk struktur seperti kotak dan satu sama lainnya dihubungkan
oleh ligamen. Kartilago laring yang terbsesar adalah kartilago tiroid, yang
teraba pada permukaan leher. Pada pria kartilago ini membesar yang disebut buah
jakun.
Laring
sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
-
Epiglotis,
bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama
menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup
glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan atau cairan ke dalam laring.
-
Pita suara
terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara tertahan di kedua
sisi glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea.
Saraf kranial motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus
vagus dan nervus aksesorius.
c.
Alat
yang Digunakan : Tempat
membakar dupa, hio, obat nyamuk.
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Telah disiapkan 3 benda yang telah di pegang
oleh asisten lab.
1.2 3 benda percobaan pertama belum di bakar.
Asisten lab memberi 3 benda secara berurutan kepada praktikan untuk menentukan
bagaimana aroma baunya sebelum dibakar.
1.3 Setelah praktikan menentukan
bagiamana baunya, selanjutnya 3 benda percobaan kedua telah dibakar.
1.4 Asisten
lab memberi lagi 3 benda yang telah dibakar kepada praktikan untuk mennetukan
bagaimana aroma baunya 3 benda itu yang telah dibakar. Dan praktikan akan
menentukannya di hasil percobaannya.
e. Hasil Percobaannya : 1.1 Hasil Percobaan Sebelum di
Bakar :
1.1.1 Dupa : Tercium baunya, tapi
hanya sedikit.
1.1.2 Sebutir hio : tidak terlalu tercium
1.1.3 Obat nyamuk bakar : Tercium baunya, tapi hanya sedikit.
Hasil Percobaan Sesudah di Bakar :
1.1.1 Dupa :
Wanginya sedikit lebih nyengat.
1.1.2 Sebutir hio : wangi baunya
hanya sedikit sekali menyengat dibandingkan dupa.
1.1.3 Obat nyamuk bakar : wangi baunya sangat nyengat sekali di
bandingkan dupa dan hio.
1.2 Hasil Sebenanya :
1.2.1 Dupa, hio, obat nyamuk bakar
lebih kuat baunya ketika di bakar.
1.2.2 Karena concha nasal superior
hanya menerima rangsangan benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas.
f.
Kesimpulan : Hidung merupakan alat indera yang menanggapai
rangsangan bau atau zat kimia yang berupa gas. Hio, dupa, obat nyamuk
bakar merupakan zat yang dapat menyebabkan perangsangan penciuman setelah
dibakar. Akibat pembakaran zat tersebut bercampur dengan udara dan menguap
sehingga merangsang sel-sel olfaktori dan masuk kedaerah superior hidung ,
kemudian reseptor-reseptor olfaktori memberi respon terhadap bau tersebut.
g.
Daftar Pustaka : Asih, Niluh Gede yasmin
Dkk. (2002). Keperawatan medikal bedah: klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Isma’il,
Mokhamad. (2009). Bahas tuntas 1001 soal biologi smp. Jakarta: PT. Buku
Kita.
Khoerunnisa, Ria.
(2015). Buku pintar pendalaman materi sd. Jakarta: Lembar Pustaka
Indonesia.
2.
Nama
Percobaan : Cara
kerja membedakan wewangian.
Nama
Subjek Percobaan : Oktari
Kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Untuk membuktikan bahwa
zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan beberapa wewangian
mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
b.
Dasar
Teori : Sensasi bau tersebar
ketika molekul dari suatu substansi memasuki jalur nasal dan menyentuh sel
olfaktori, neuron reseptor dari hidung, yang tersebar sepanjang gua nasal.
Lebih dari 1000 tipe reseptor telah ditemukan dalam sel-sel tersebut. masing-masing
reseptor ini sangat terspesialisasi, sehingga merekahanya merespons sekelompok
kecil aroma yang berbeda. Respon dari sel olfaktori yang berbeda ini kemudian
di transmisikan ke otak, dimana mereka dikombinasikan untuk kemudian dikenali
sebagai suatu bau tertentu.
Fungsi
penciuman adalah melakukan transduksi mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan
syaraf. Pentolan atau bola penciuman (olfactory bulb) berisi sel-sel
penciuman yang mengubah larutan molekul-molekul menjadi sinyal elektrik. Fungsi
yang pertama adalah mengintensifkan pengecapan makanan. Yang kedua untuk mewaspadai secara sangat efektif
makanan yang berpotensi berbahaya. Yang ketiga untuk mendatangkan ingata yang
kuat, sering berhubungan dengan perasaan. Nervus olfaktorius (saraf cranial T )
melayani ujung organ pencium. Serabut-serabut ini timbul pada bagian atas
selaput lendir hidung yang dikenal sebagai olfaktorik hidung, nervus
olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril
halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus
olfaktorius yang pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil,
adalah bagian yang agak berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang
terletak diatas lempeng kroboformis tulang etmoid . Impuls-impuls bau dihantarkan
oleh filum olfaktorium ke bulbus olfaktorius. Di dalam bulbus olfaktorius
cabang-cabang dendrite sel mitra. Serabut-serabut dari sel berjalan melalui
tructus olfaktorius dan berakhir melalui pemancar dalam dua daerah utama pada
lobus tempporalis otak yang masing-masing dinamakan area olfaktoria medial dan
area olfaktoria lateral, dimana impuls tersebut ditafsirkan .
c.
Alat
yang Digunakan : Bermacam-macam
wewangian.
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1 Telah disiapkan 4 benda yang telah di pegang
oleh asisten lab. Yaitu : jahe, kayu manis, jeruk nipis, kopi.
1.2 Asisten
lab akan memberi 4 benda yang telah ditaruh di gelas kecil, dan ditutupi oleh
kertas yang telah di lubangi secara acak kepada praktikan.
1.3 Para praktikan mencium 4 benda tersebut dari
lubang-lubang kertas yg telah ditutupi di bagian atas gelas kecil tersebut.
1.4 Para
praktikan akan menentukan aroma dari 4 benda tersebut , dari aromanya yang enak
sampai tidak enak.
e.
Hasil Percobaannya : 1.1
Hasil Percobaan :
1.1.1 No 3 kayu manis
1.1.2 No 4 jeruk
1.1.3 No 1 kopi
1.1.4 No 2 Jahe
1.2 Hasil Sebenanya :
1.2.1 Kopi
1.2.2 Jahe
1.2.3 Kayu manis
1.2.4 Jeruk nipis
1.2.5 Biasanya dalam hal kemampuan mengingat bau, perempuan lebih baik.
1.2.6 Proporsinya, dari 5 macam wewangian : - perempuan : 5
-
laki-laki : 3
1.2.7 Hal ini disebabkan karena pada perempuan, ruang dalam menerima gas
(concha nasal superior) lebih luas.
1.2.8 Semakin tajam wanginya -> semakin mudah dikenal.
1.2.9 Semakin lembut wanginya -> sulit dikenal.
f.
Kesimpulan : Dalam
pembedaan pewangian sensasi wangi atau bau terjadi karena adanya interaksi zat
dengan resptor dari indera pembauan yang diteruskan ke otak berupa
sinyal-sinyal. Reseptor ini merupakan sel saraf
yang berupa seperti benang halus. Pada satu ujung sel saraf berinteraksi
dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul dalam suatu tulang
menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sinyal sensasi dari indera
pembauan. Saraf cranial olafktori manusia dapat membedakan berbagai macam bau
bukan karena memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut
ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi.
g.
Daftar Pustaka : Feldman, Robert S. (2012) Pengantar psikologi. Jakarta: Salemba Humanika.
Heru,
A. M. Basuki. (2008) Psikologi
umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Guyton and Hall. (1997). Fisiologi
kedokteran . Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
3.
Nama
Percobaan : Cara
membedakan rasa.
Nama
Subjek Percobaan : Oktari
Kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan
Percobaan : Memahami dan mengetahui
bahwa lidah merupakan alat pengecap rasa serta membuat peta rasa.
b.
Dasar
Teori : Lidah mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan indera. Lidah terdiri dari otot intrinsik
fungsinya untuk melakukan semua gerakan halus, sedangkan otot extrinsik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan
gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Bila
lidah di gulung kebelakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum
linguae, sebuh struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior
lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila
dijulurkan, maka ujung lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasr mulut,
maka ujung lidah berbentuk bulat.
Selaput
lendir (membran mukosa) lidah selelau lembab, dan pada waktu sehat berwarna
merah jambu. Permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi papil-papil, yang
terdiri 4 jenis yaitu : papillae
sirkumvalata, papila fungiformis, papila filiformis, papila foliate.
Ada
empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam, dan asin. Putting pengecap (taste
buds) yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga.
Ketidakmampuan
seseorang untuk mengenali bau disebut sebagai anosmia, sedangkan ketidakmampuan
seseorang untuk mengenali rasa disebut ageusia. Kelainan lain terjadi pada
indera pengecap manusia adalah sebagai berikut.
1.
Glositis, atau
peradangan lidah, bisa akut ataupun kronis, dengan gejala-gejala jalan berupa
adalanya ulkus dan lendir yang menutupi lidah. Peradangan ini biasanya infeksi
pada gigi. Lidah lembek dan pucat, dengan bekas-bekas gigitan pada
pingggirannya. Biasanya, glositis kronis menghilang, apabila kesehatan badan
membaik dan pemeliharaan higiene mulut yang baik.
2.
Leukoplakia di
tandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal dan permukaan lidah (juga
pada selaput lendir pipi dan gusi). Hal ini biasanya terlihat pada perokok.
Pengecapan
disebut indera kimiawi karena rangsangannya terdiri dari bermacam-macam bahan
kimia. Fungsi pucuk pengecap adlah melakukan transduksi yakni mengubah reaksi
kimia menjadi rangsangan syaraf.
Lidah
berisi sensor-sensor (pucuk pengecapan) untuk 5 cita rasa.
a.
Sensor-sensor
(pucuk pengecapan) untuk 5 cita rasa dasar, terutama terletak pada bagian
belakang, depan, dan samping dari lidah (area berwarna biru).
b.
Permukaan lidah,
parit berisi lapisan pucuk pengecapan.
c.
Pucuk
pengecapan, berfungsi untuk mengubah larutan kimia menjadi sinyal elektrik.
c.
Alat
yang Digunakan : Cotton bud, 5-6 larutan
rasa (manis, asin, pahit, dan pedas), sapu tangan (handuk kecil).
d.
Jalannya
Percobaan : 1.1
Telah disiapkan 8 gelas kecil yang telah diisi berbagai macam rasa oleh asisten
lab.
1.2
Siapkan 4 buah cotton bud dan siapkan
sapu tangan atau handuk.
1.3 Celupkan cotton bud bagian bawah pada gelas
kecil tersebut, dan bagian atas pada gelas selanjutnya. Lakukan seperti itu
sampai larutan rasa tersebut sampai selesai.
1.4 Jika telah melakukan satu percobaan tersebut,
netralisirkan lidah kamu dengan handuk atau sapu tangan, supaya larutan rasa
yang tadi di praktekan hilang.
1.5 Lakukan netralisir tersebut samapai percobaan
ke8 selesai.
e.
Hasil Percobaannya : 1.1
Hasil Percobaan
1.1.1 No 8 pahit
1.1.2 No 7 pahit
1.1.3 No 6 asin
1.1.4 No 5 pedas asin
1.1.5 No 1 manis
1.1.6 No 2 asin
1.1.7 No 3 asem
1.1.8 No 4 pedas
1.2 Hasil Sebenanya
1.2.1 Manis
1.2.2 Asin
1.2.3 Asam
1.2.4 Pedas manis
1.2.5 Pedas asin
1.2.6 Pedas asam
1.2.7 Pedas pahit
1.2.8 Pahit
f.
Kesimpulan : Kita dapat membedakan
berbagai macam rasa dari makanan yang kita makan, dikarenakan pada lidah
terdapat terdapat reseptor perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste
buds. Lidah mempunyai tonjolan-tonjolan
yang disebut dengan papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk
membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat
papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa.
g.
Daftar Pustaka : Heru, A. M. Basuki.
(2008) Psikologi umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
Pearce, C. Evelyn.
(1979). Anatomi dan fisiologis untuk
paramedis. Jakarta Pusat: PT Gramedia.
Puspitawati, Ira. 1999. Psikologi faal. Jakarta:
Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar