Jumat, 03 Juni 2016

Laporan Praktikum Psikologi Faal Tentang Indera Penciuman dan Pengecap

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa        : Oktari kusuma
                                         Dewi
NPM                             : 15515260
Tanggal Pemeriksaan : 21 april 2016
Nama Asisten : 1. Rama Rifaldi
                           2. Obaja L Raja
Paraf Asisten :

I   Percobaan                                  : Indera Penciuman dan Pengecap
1.    Nama Percobaan                       : Cara kerja bau dupa, hio, obat nyamuk bakar.
Nama Subjek Percobaan          : Oktari Kusuma Dewi
Tempat Percobaan                    : Laboratorium Psikologi Faal
a.    Tujuan Percobaan               : Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan beberapa wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
b.   Dasar Teori                           : Hidung merupakan alat indera yang menanggapai rangsangan bau atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung. Ketika kita bernapas, zat kimia yang berupa gas ikut masuk ke dalam hidung. Zat kimia yang merupakan sumber bau akan di larutkan pada selaput lendir, kemudian akan merangsang rambut-rambut halus pada sel pembau. Sel pembau akan meneruskan rangsangan ini ke otak dan akan diolah sehingga kita bisa mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut.
Bagian-bagian hidung terdiri atas :
1.      Jembatan hidung
2.      Punggung hidung
3.      Ujung hidung
4.      Rongga hidung
5.      Sayap
6.      Lubang hidung
7.      Lekuk bibir atas
Cara kerja hidung :
1.      Bau yang terhirup akan masuk melalui hidung.
2.      Bau tersebut larut dalam lendir hidung sehingga menimbulkan rangsangan.
3.      Rangsangan tersebut di terima oleh ujung penciuman yang kemudian diteruskan ke otak.
Anatomi dan fisiologi pernafasan bagian atas hidung yaitu :
1.      Rongga hidung terdiri atas :
-          Vestibulum yang oleh sel submukosa sebagai proteksi.
-          Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang berlapis.
-          Sel   silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan napas.
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang di pisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
2.      Faring adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan oral dan di interior vertebra servikalis. Secara deskriptif, faring terdiri 3 segmen yaitu : nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring pada dasar tengkorak.
3.      Laring sering di sebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakhea. Laring memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya di lapisi oleh membran mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas sembilan buah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk struktur seperti kotak dan satu sama lainnya dihubungkan oleh ligamen. Kartilago laring yang terbsesar adalah kartilago tiroid, yang teraba pada permukaan leher. Pada pria kartilago ini membesar yang disebut buah jakun.
Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas:
-          Epiglotis, bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotis tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan atau cairan ke dalam laring.
-          Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara tertahan di kedua sisi glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. Saraf kranial motorik yang mempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus aksesorius.
c.    Alat yang Digunakan           : Tempat membakar dupa, hio, obat nyamuk.
d.   Jalannya Percobaan             : 1.1  Telah disiapkan 3 benda yang telah di pegang oleh asisten lab.
                                                  1.2  3 benda percobaan pertama belum di bakar. Asisten lab memberi 3 benda secara berurutan kepada praktikan untuk menentukan bagaimana aroma baunya sebelum dibakar.
                                                  1.3 Setelah praktikan menentukan bagiamana baunya, selanjutnya 3 benda percobaan kedua telah dibakar.
                                                  1.4 Asisten lab memberi lagi 3 benda yang telah dibakar kepada praktikan untuk mennetukan bagaimana aroma baunya 3 benda itu yang telah dibakar. Dan praktikan akan menentukannya di hasil percobaannya.
 e. Hasil Percobaannya             : 1.1 Hasil Percobaan Sebelum di Bakar :
 1.1.1 Dupa                        : Tercium baunya, tapi hanya sedikit.
 1.1.2 Sebutir hio               : tidak terlalu tercium
 1.1.3 Obat nyamuk bakar :  Tercium baunya, tapi hanya sedikit.
 Hasil Percobaan Sesudah di Bakar :
 1.1.1 Dupa                        : Wanginya sedikit lebih nyengat.
 1.1.2 Sebutir hio               : wangi baunya hanya sedikit sekali menyengat dibandingkan dupa.
 1.1.3 Obat nyamuk bakar :  wangi baunya sangat nyengat sekali di bandingkan dupa dan hio.

     1.2 Hasil Sebenanya :
           1.2.1 Dupa, hio, obat nyamuk bakar lebih kuat baunya ketika di bakar.
           1.2.2 Karena concha nasal superior hanya menerima rangsangan benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas.
f. Kesimpulan                            : Hidung merupakan alat indera yang menanggapai rangsangan bau atau zat kimia yang berupa gas. Hio, dupa, obat nyamuk bakar merupakan zat yang dapat menyebabkan perangsangan penciuman setelah dibakar. Akibat pembakaran zat tersebut bercampur dengan udara dan menguap sehingga merangsang sel-sel olfaktori dan masuk kedaerah superior hidung , kemudian reseptor-reseptor olfaktori memberi respon terhadap bau tersebut.
g. Daftar Pustaka                      : Asih, Niluh Gede yasmin Dkk. (2002). Keperawatan medikal bedah: klien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Isma’il, Mokhamad. (2009). Bahas tuntas 1001 soal biologi smp. Jakarta: PT. Buku Kita.
                                                      Khoerunnisa, Ria. (2015). Buku pintar pendalaman materi sd. Jakarta: Lembar Pustaka Indonesia.




2.    Nama Percobaan                       : Cara kerja membedakan wewangian.
Nama Subjek Percobaan          : Oktari Kusuma Dewi
Tempat Percobaan                    : Laboratorium Psikologi Faal
a.    Tujuan Percobaan               : Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan beberapa wewangian mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
b.   Dasar Teori                           : Sensasi bau tersebar ketika molekul dari suatu substansi memasuki jalur nasal dan menyentuh sel olfaktori, neuron reseptor dari hidung, yang tersebar sepanjang gua nasal. Lebih dari 1000 tipe reseptor telah ditemukan dalam sel-sel tersebut. masing-masing reseptor ini sangat terspesialisasi, sehingga merekahanya merespons sekelompok kecil aroma yang berbeda. Respon dari sel olfaktori yang berbeda ini kemudian di transmisikan ke otak, dimana mereka dikombinasikan untuk kemudian dikenali sebagai suatu bau tertentu.
Fungsi penciuman adalah melakukan transduksi mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan syaraf. Pentolan atau bola penciuman (olfactory bulb) berisi sel-sel penciuman yang mengubah larutan molekul-molekul menjadi sinyal elektrik. Fungsi yang pertama adalah mengintensifkan pengecapan makanan. Yang kedua  untuk mewaspadai secara sangat efektif makanan yang berpotensi berbahaya. Yang ketiga untuk mendatangkan ingata yang kuat, sering berhubungan dengan perasaan. Nervus olfaktorius (saraf cranial T ) melayani ujung organ pencium. Serabut-serabut ini timbul pada bagian atas selaput lendir hidung yang dikenal sebagai olfaktorik hidung, nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius yang pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil, adalah bagian yang agak berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak diatas lempeng kroboformis tulang etmoid . Impuls-impuls bau dihantarkan oleh filum olfaktorium ke bulbus olfaktorius. Di dalam bulbus olfaktorius cabang-cabang dendrite sel mitra. Serabut-serabut dari sel berjalan melalui tructus olfaktorius dan berakhir melalui pemancar dalam dua daerah utama pada lobus tempporalis otak yang masing-masing dinamakan area olfaktoria medial dan area olfaktoria lateral, dimana impuls tersebut ditafsirkan .
c.    Alat yang Digunakan           : Bermacam-macam wewangian.
d.   Jalannya Percobaan             : 1.1  Telah disiapkan 4 benda yang telah di pegang oleh asisten lab. Yaitu : jahe, kayu manis, jeruk nipis, kopi.
                                                 1.2   Asisten lab akan memberi 4 benda yang telah ditaruh di gelas kecil, dan ditutupi oleh kertas yang telah di lubangi secara acak kepada praktikan.
                                                 1.3   Para praktikan mencium 4 benda tersebut dari lubang-lubang kertas yg telah ditutupi di bagian atas gelas kecil tersebut.
                                                 1.4   Para praktikan akan menentukan aroma dari 4 benda tersebut , dari aromanya yang enak sampai tidak enak.
e. Hasil Percobaannya              : 1.1 Hasil Percobaan :
 1.1.1 No 3 kayu manis
 1.1.2 No 4 jeruk
 1.1.3 No 1 kopi
 1.1.4 No 2 Jahe
     1.2 Hasil Sebenanya :
           1.2.1 Kopi
           1.2.2 Jahe
           1.2.3 Kayu manis
           1.2.4 Jeruk nipis
           1.2.5  Biasanya dalam hal kemampuan mengingat bau, perempuan lebih baik.
           1.2.6  Proporsinya, dari 5 macam wewangian : -  perempuan : 5
                                          -  laki-laki      : 3
           1.2.7  Hal ini disebabkan karena pada perempuan, ruang dalam menerima gas (concha nasal superior) lebih luas.
           1.2.8  Semakin tajam wanginya -> semakin mudah dikenal.
           1.2.9  Semakin lembut wanginya -> sulit dikenal. 
f. Kesimpulan                            : Dalam pembedaan pewangian sensasi wangi atau bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan resptor dari indera pembauan yang diteruskan ke otak berupa sinyal-sinyal. Reseptor ini merupakan sel saraf  yang berupa seperti benang halus. Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sinyal sensasi dari indera pembauan. Saraf cranial olafktori manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi.
g. Daftar Pustaka                      : Feldman, Robert S.  (2012) Pengantar psikologi.       Jakarta: Salemba Humanika.
       Heru, A. M. Basuki. (2008)     Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
                                                      Guyton and Hall. (1997). Fisiologi kedokteran . Jakarta: Buku Kedokteran EGC.




 
3.    Nama Percobaan                       : Cara membedakan rasa.
Nama Subjek Percobaan          : Oktari Kusuma Dewi
Tempat Percobaan                    : Laboratorium Psikologi Faal
a.    Tujuan Percobaan               : Memahami dan mengetahui bahwa lidah merupakan alat pengecap rasa serta membuat peta rasa.
b.   Dasar Teori                           : Lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan indera. Lidah terdiri dari otot intrinsik fungsinya untuk melakukan semua gerakan halus, sedangkan otot extrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Bila lidah di gulung kebelakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuh struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung lidah meruncing, dan bila terletak tenang di dasr mulut, maka ujung lidah berbentuk bulat.
Selaput lendir (membran mukosa) lidah selelau lembab, dan pada waktu sehat berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi papil-papil, yang terdiri 4 jenis yaitu :  papillae sirkumvalata, papila fungiformis, papila filiformis, papila foliate.
Ada empat macam rasa kecapan: manis, pahit, asam, dan asin. Putting pengecap (taste buds) yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang berbeda-beda juga.
Ketidakmampuan seseorang untuk mengenali bau disebut sebagai anosmia, sedangkan ketidakmampuan seseorang untuk mengenali rasa disebut ageusia. Kelainan lain terjadi pada indera pengecap manusia adalah sebagai berikut.
1.      Glositis, atau peradangan lidah, bisa akut ataupun kronis, dengan gejala-gejala jalan berupa adalanya ulkus dan lendir yang menutupi lidah. Peradangan ini biasanya infeksi pada gigi. Lidah lembek dan pucat, dengan bekas-bekas gigitan pada pingggirannya. Biasanya, glositis kronis menghilang, apabila kesehatan badan membaik dan pemeliharaan higiene mulut yang baik.
2.      Leukoplakia di tandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal dan permukaan lidah (juga pada selaput lendir pipi dan gusi). Hal ini biasanya terlihat pada perokok.
Pengecapan disebut indera kimiawi karena rangsangannya terdiri dari bermacam-macam bahan kimia. Fungsi pucuk pengecap adlah melakukan transduksi yakni mengubah reaksi kimia menjadi rangsangan syaraf.
Lidah berisi sensor-sensor (pucuk pengecapan) untuk 5 cita rasa.
a.       Sensor-sensor (pucuk pengecapan) untuk 5 cita rasa dasar, terutama terletak pada bagian belakang, depan, dan samping dari lidah (area berwarna biru).
b.      Permukaan lidah, parit berisi lapisan pucuk pengecapan.
c.       Pucuk pengecapan, berfungsi untuk mengubah larutan kimia menjadi sinyal elektrik.
c.    Alat yang Digunakan           : Cotton bud, 5-6 larutan rasa (manis, asin, pahit, dan pedas), sapu tangan (handuk kecil).
d.   Jalannya Percobaan             : 1.1 Telah disiapkan 8 gelas kecil yang telah diisi berbagai macam rasa oleh asisten lab.
                                                  1.2 Siapkan 4 buah cotton bud dan siapkan sapu tangan atau handuk.
                                                  1.3  Celupkan cotton bud bagian bawah pada gelas kecil tersebut, dan bagian atas pada gelas selanjutnya. Lakukan seperti itu sampai larutan rasa tersebut sampai selesai.
                                                  1.4  Jika telah melakukan satu percobaan tersebut, netralisirkan lidah kamu dengan handuk atau sapu tangan, supaya larutan rasa yang tadi di praktekan hilang.
                                                  1.5  Lakukan netralisir tersebut samapai percobaan ke8 selesai.
e. Hasil Percobaannya              : 1.1 Hasil Percobaan
 1.1.1 No 8 pahit
 1.1.2 No 7 pahit
 1.1.3 No 6 asin
 1.1.4 No 5 pedas asin
 1.1.5 No 1 manis
 1.1.6 No 2 asin
 1.1.7 No 3 asem
 1.1.8 No 4 pedas   
     1.2 Hasil Sebenanya
           1.2.1 Manis
           1.2.2 Asin
           1.2.3 Asam
           1.2.4 Pedas manis
           1.2.5 Pedas asin
           1.2.6 Pedas asam
           1.2.7 Pedas pahit           
           1.2.8 Pahit

f. Kesimpulan                            : Kita dapat membedakan berbagai macam rasa dari makanan yang kita makan, dikarenakan pada lidah terdapat terdapat reseptor perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste buds.   Lidah mempunyai tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa.
g. Daftar Pustaka                      : Heru, A. M. Basuki. (2008)     Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
                                                      Pearce, C. Evelyn. (1979). Anatomi dan fisiologis       untuk paramedis. Jakarta Pusat: PT          Gramedia.

                                                      Puspitawati, Ira. 1999. Psikologi faal. Jakarta: Gunadarma.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar