LAPORAN
PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama
Mahasiswa : Oktari kusuma
Dewi
NPM : 15515260
Tanggal
Pemeriksaan : 7 april 2016
|
Nama Asisten
: 1. Satia Raras
2. Aisyah Tyas
Paraf Asisten
:
|
I Percobaan :
Indera Pendengaran dan Keseimbangan
1.
Nama Percobaan : Rine
Nama
Subjek Percobaan : Oktari kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih
baik dari pada tulang.
b.
Dasar Teori : Suara adalah pergerakan dari molekul udara yang dibawa oleh suatu
sumber getaran. Suara, setelah sampai ke bagian luar telinga dalam bentuk
getaran seperti gelombang, dialirkan ke kanal auditori, suatu jalur berbentuk
tabung yang mengarah ke gendang telinga. Gendang telinga adalah bagian dari
telinga yang bergetar ketika gelombang suara menghantamnya. Telinga bagian
dalam adalah bagian dari telinga yang mengubah getaran suara menjadi suatu
bentuk yang dapat disalurka ke otak. Ketika suara memasuki telinga dalam
melalui jendela oval, suara ini kemudian bergerak menuju koklea atau rumah
siput, suatu tabung lengkung yang terlihat seperti seekor siput dan dipenuhi
dengan cairan yang bergetar sebagai respons terhadap suara. Didalam koklea
tersebut terdapat membran basilar, suatu struktur yang terletak menuju pusat
koklea, membagi koklea ini menjadi ruang atas dan ruang bawah. Membran basilar
ini dilingkupi oleh sel rambut.
Kita dapat melihat pengeras suara bergerak ketika nada rendah dimainkan karena suatu
karekteristik primer dari suatu yang disebut frekuensi. Frekuensi adalah
jumlah siklus gelombang yang terjadi dalam satu detik. Frekuensi yang rendah
diterjemahkan dalam suatu suara dengan nada yang sangat rendah pula. Misalnya,
frekuensi terendah yang dapat didengar oleh manusia adalah 20 siklus perdetik.
Pada bagian teratas dari spektrum suara, manusia dapat mendeteksi suara dengan
frekuensi setinggi 20.000 siklus per detik. Amplitudo adalah suatu bagian dari
pola gelombang yang membuat kita dapat membedakan suara yang keras dan suara
yang lembut. Amplitudo adalah jarak antara puncak dan lembah tekanan udara
dalam suatu gelombang suara ketika berjalan diudara.
Tes
rinne mendeteksi tuli konduktif. Dalam keadaan normal, hantaran suara melalui
udara lebih baik dari pada hantaran suara melalui tulang. Jika penyakit
menghalangi hantaran gelombang suara yang normal, maka hantaran melalui tulang
akan mengatasi kesulitan ini. Untuk melakukan tes rinne, getarkanlah garpu tala
dan pasanglah tangkainya pada prosesus mastoideus. Garpu tala dengan 512
getaran/detik adalah yang paling tepat. Tes rinne garpu tala yang sedang
bergetar mula-mula dipasang pada prosesus mastoideus sampai pasien sudah tidak dapat mendengar lagi bunyi
tersebut. Garpu tala tersebut kemudian di letakan di dekat telinga, dan pasien
di tanya apakah ia dapat mendengar bunyi itu lagi. Biasanya hantaran udara
lebih baik dari pada hantaran tulang.
Tes
weber garpu tala yang sedang bergetar di pasang di tengah-tengah kepala
dibelakang sinus frontalis. Pasien di tanya apakah ia mendengar bunyi tersebut
lebih kuat pada satu telinga.
c.
Alat yang Digunakan : Garputala.
d.
Jalannya Percobaan : 1.
Peganglah bagian bawah pada garpu tala.
1.
Setelah
itu akan diberikan instruksi untuk memukul atau mengetuk bagian tengah garpu
tala ke arah kursi.
2.
Setelah
di pukul kemudian letakkan garpu tala di atas kepala sampai gelombang atau
getarannya hilang.
3.
Lalu
letakkanlah didepan lubang telinga dan berikanlah jawaban apakah bunyinya masih
terdengar atau tidak.
4.
Kemudian
dilanjutkan dengan pengujian yang sama, garpu tala dipukul atau diketukkan di
kursi lagi.
5.
Setelah
itu, dekatkanlah garpu tala kearah belakang telinga (tetapi tidak menempel
ditelinga) sampai getarannya menghilang.
6.
Kemudian
letakkanlah didepan lubang telinga dan berikan jawaban apakah bunyinya masih
terdengar atau tidak.
e.
Hasil Percobaan : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1 Saat garpu tala diletakkan di atas kepala di arahkan kedepan
lubang telinga hasilnya masih terdengar walaupun samar-samar.
1.1.2 Saat garpu tala diarahkan ke belakang telinga lalu diarahkan ke
depan lubang telinga hasilnya masih terdengar dan bunyinya menikuk lebih tajam.
1.2
Hasil Sebenarnya
1.2.1 Suara garpu tala sudah tidak
terdengar, ketika diletakkan dipuncak kepala, masih tetap terdengar ketika
garpu tala itu ditempatkan didepan lubang telinga.
1.2.2 Suaranya dipengaruhi beberapa faktor semakin besar garpu
tala, maka semakin besar suaranya.
1.2.3 Jika garpu tala dan
telinga disejajarkan maka akan bagus.
1.2.4 Pada orang tua relastisias membran timpane kurang berfungsi
dengan baik.
1.2.5 Membran timpane mengetarkan maleus, inkus, stapes.
f. Kesimpulan : Telinga mempunyai 3 bagian utama, yaitu bagian luar, tengah, dan
dalam. Manusia hanya dapat mendengar vibrasi molekul antara 20 sampai 20.000
Hz. Dalam keadaan normal, hantaran suara melalui udara lebih baik dari pada
hantaran suara melalui tulang. Garpu tala yang diletakkan diatas kepala
sebelumnya dan kemudian diletakkan sejajar dengan lubang telinga, memiliki
hasil suara yang kecil dibandingkan dengan garpu tala yang diletakkan
dibelakang daun telinga sebelumnya, karena memiliki suara yang lebih besar.
g. Daftar Pustaka :
Burnside, John W. (1990) Diagnosis
fisik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Feldman,
Robert S. (2012) Pengantar psikologi.
Jakarta: Salemba Humanika.
Heru,
A. M. Basuki. (2008) Psikologi
umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
2.
Nama Percobaan : Tempat Sumber Bunyi
Nama Subjek Percobaan: Oktari
Kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan : Untuk menentukan sumber bunyi.
b.
Dasar Teori : Telinga
menerima gelombang suara, tetapi otak yang secara nyata melakukan pendengaran,
sehingga kita dapat membedakan. Satu-satunya alasan mengapa telinga memiliki
bentuk khusus dan menempel disebelah luar kepala adalah untuk mengumpulkan
gelombang suara. Syaraf pendengaran merupakan sekumpulan serar yang menghantar
rangsangan syaraf (sinyal elektrik) ke cortex pendengaran pada otak untuk
diproses. Area penghubung pendengaran menerima sensasi pendengaran yang tidak
bermakna dalam bentuk rangsangan syaraf dari area pendengaran utana terdekat.
Area penghubung pendengaran menggabungkan sensasi pendengaran yang tidak
bermakna menjadi persepsi, seperti melodi, nyanyian, kata dan kalimat bermakna.
Dasar menentukan suatu gangguan pendengaran akibat kebisingan adalah adanya
pergeseran ambang pendengaran, yaitu selisih antara ambang pendengaran pada
pengukuran sebelumnya dengan ambang pendengaran setelah adanya pajanan bising
(satuan yang dipakai adalah desibel (dB)).
c.
Alat yang Digunakan : Pipa karet.
d.
Jalannya Percobaan: 1. Subjek akan diberikan sebuah pipa.
2. Subjek akan diminta
meletakkan pipa karet kedepan dua lubang telinga.
3. Kemudian teman sebangku
subjek akan menekan bagian-bagian pada pipa karet, seperti bagian kanan, kiri,
dan tengah.
4. Dan selanjutnya subjek akan diminta menjawab
bagian manakah yang telah ditekan tadi pada pipa karet tersebut.
e.
Hasil Percobaan : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1
Kanan = ada suara
1.1.2
Kiri = ada suara
1.1.3 Tenah = ada suara
1.1.4 Benar semua, salah = 0
1.2 Hasil Sebenarnya
1.2.1 Subjek masih dapat membedakan
suara pipa kiri dan kanan dianggap normal, namun suara tengah sedikit sulit.
f. Kesimpulan : Indera
pendengaran berperan penting terhadap seseorang
dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Seseorang yang memiliki pendengaran yang
baik, akan bisa menentukan arah sumber bunyi. Percobaan pipa karet, merupakan
salah satu percobaan dimana seseorang bisa menentukan darimana sumber bunyi
berasal. Pendengaran praktikan dianggap normal jika masih dapat membedakan
suara pipa karet dari kanan dan kiri, namun akan terasa sulit menebak bila
suara pipa karet berasal dari tengah.
g. Daftar Pustaka : Heru,
A. M. Basuki. (2008) Psikologi umum. Jakarta:
Universitas Gunadarma.
Irawan, Rudi . (2012). Indera manusia. Jakarta: Global Media.
Miyoso, D.P,. Mewengkang L.N,. Aritomoyo, D,. (2010).
Diagnosis kekurangan pendengaran.
3.
Nama Percobaan : Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran
Nama
Subjek Percobaan : Oktari Kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan : Untuk memeriksa ketajaman pendengaran.
b.
Dasar Teori : Pemeriksaan ketajaman pendengaran
secara kasar ditiap telinga secara
berurutan dengan memblok suara pada telinga yang lain dengan ujung jari dan
kemudian berbisik pada jarak selengan. Bandingkan kedua sisi tersebut. Pemeriksaan
pendengaran, penampilan telinga dapat memberikan petunjuk yang berharga tentang
adanya penyakit ginjal. Malformasi kongenital telinga luar sering
menyertai anomali traktus urinarius, terutama sistem kolektor.
Tuli kongenital yang disertai dengan nefritis adalah suatu kesatuan
penyakit yang terkenal. Banyak obat mempunyai efek toksik baik terhadap ginjal.
Proses mendengar ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai
gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara
bergerak melalui telinga luar yang menyebabkan membrane thympany bergetar.
Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju incus dan stapes melalui maleus yang
terikat pada membrane itu. Karena getaran yang timbul pada setiap tulang itu
sendiri, maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke
fenestra vestibuler menuju perilimph.
c.
Alat yang Digunakan : Stopwatch
dan meteran.
d.
Jalannya Percobaan : 1. Subjek berdiri lalu
asisten lab akan berdiri disamping subjek, asisten lab akan memegang stopwatch.
2.
Letakkan
stopwatch di depan lubang telinga sebelah kanan, lalu nyalahkan stopwatch dan
secara perlahan jauhkan dari lubang telinga.
3.
Bila
suara yang dihasilkan stopwatch tersebut sudah tidak terdengar, ucapkan “stop”
pada asisten lab.
4.
Kemudian
hitunglah jarak antara stopwatch dengan lubang telinga. Dan lakukan lagi yang
sama pada telinga kiri.
e.
Hasil Percobaan : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1
Telinga kanan = 23
1.1.2 Telinga kiri = 21
1.2 Hasil Sebenarnya
1.2.1
Sangat dipengaruhi oleh kebisingan, biasanya diatas rata-rata 50cm, telinga
kanan dapat mendengar lebih jauh dari telinga kiri, hal ini penganut pada otak
kanan dan kiri.
f. Kesimpulan : Pemeriksaan ketajaman pendengaran
secara kasar ditiap telinga secara
berurutan dengan memblok suara pada telinga yang lain dengan ujung jari dan
kemudian berbisik pada jarak selengan. Bandingkan kedua sisi tersebut. Gelombang
suara bergerak melalui telinga luar yang menyebabkan membrane thympany
bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju incus dan stapes melalui
maleus yang terikat pada membrane itu. Biasanya jarak pendengaran telinga kanan lebih jauh yang menandakan
ketajamannya semakin kuat. Hal itu dipengaruhi juga oleh otak kanan dan otak
kiri. Ketajaman pendengaran setiap subjek berbeda-beda dikarenakan berbagai
faktor salah satunya kebisingan
g. Daftar Pustaka : Burnside, John
W. (1990) Diagnosis fisik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Rubenstein, David dkk. (2005) Kedokteran
klinis. Jakarta: Erlangga.
Pearce, C. Evelyn. (1979). Anatomi dan
fisiologis untuk paramedis. Jakarta
Pusat: PT Gramedia.
II Percobaan :
Keseimbangan
1.
Nama Percobaan : Kedudukan Mata dan Kepala
Nama
Subjek Percobaan : Oktari Kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan : Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat
pada telinga bila bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang
terganggu : memahami bahwa keseimbangan
yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala : melihat adanya nistagmus.
b.
Dasar Teori : Indera keseimbangan merupakan indera khusus yang terletak didalam telinga. Indera
keseimbangan secara struktural terletak dekat indera pendengaran, yaitu bagian
belakang telinga dalam yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus, serta
kanalis semisirkularis. Struktur tersebut berfungsi dalam pengaturan
keseimbangan tubuh yang dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari saraf otak
VIII. Dengan demikian saraf otak VIII mengandung dua komponen, yaitu komponen
pendengaran dan komponen keseimbangan. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan
keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat
dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam
pembentukan keseimbangan. Saraf vestibulokoklear adalah saraf kranial kedelapan
yang berperan dalam proses mendengar dan menjaga keseimbangan tubuh. Makna kata
vestibulokolear berasal dari 2 kata yaitu vestibular (keseimbangan) dan kolear
(pendengaran) Saraf ini merupakan saraf sensoris dengan nama lain saraf
statoacoustic di jalarkan melalui nuclei vestibular dan fasi. Setiap kali mata
berputar secara tiba-tiba sinyal yang berasal dari kanalis semisirkuralis
menyebabkan mata berputar dengan arah berlawanan dengan arah putaran kepala.
Keadaan ini timbul akibat adanya reflex yang kulus longitudinalis meial menuju ke nuclei okulomotor. Sel-sel reseptor
dalam organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel
penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung
butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan
posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan
impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat
pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut
ke pusat keseimbangan di otak. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya
perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel
rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf.
Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan
tubuh pada posisi yang baru.
c.
Alat yang Digunakan : Individu.
d.
Jalannya Percobaan : 1. Subjek
diminta untuk berjalan lurus dengan posisi normal.
2. Setelah beberapa saat kemudian subjek diminta berbalik lalu
membuang muka ke arah kanan/kiri.
3. Lalu dengan wajah menghadap kanan/kiri subjek diminta berjalan
kembali.
4. Saat sampai pada posisi awal subjek berjalan perhatikan posisi
kaki, apakah sama seperti posisi awal subjek atau tidak.
e.
Hasil Percobaan : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1
Jalan
lurus = seimbang
1.1.2
Menghadap
kanan lalu jalan = tidak seimbang, pusing.
1.1.3
Menghadap
kiri lalu jalan = terasa ada beban, tidak seimbang.
1.2 Hasil Sebenarnya
1.2.1 Dalam sikap tubuh biasa, praktikan dapat berjalan lurus atau
tidak mengalami kesulitan.
1.2.2
Dalam sikap tubuh dengan muka dibuang ke kanan atau ke kiri, praktikan tidak
dapat berjalan lurus. -> biasanya jalan ke kiri atau ke kanan.
f. Kesimpulan :Pada bagian dalam telinga terdapat cairan endolimph dan perilimph
yang apabila digoncangkan akan berpengaruh pada keseimbangan. Ketika kepala
bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di atas
sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya
menjadi impuls saraf. Pada percobaan diatas, saat subjek berjalan lurus dengan
posisi kepala normal subjek dapat berjalan dengan baik dikarenakan cairan
endolimph dan perilimph yang terdapat di dalam telinga belum mengalami
goncangan, sedangkan setelah kepala digoncangkan subjek berjalan miring/tidak
lurus yang dikarenakan terjadinya gangguan keseimbangan yang dibabkankan adanya
goncangan pada cairan endolimph dan perilimph.
g. Daftar Pustaka : Aryulina, Diah dkk. (2004). Biologi sma. Jakarta: Erlangga.
Pearce,
C. Evelyn. (1979). Anatomi dan fisiologis untuk
paramedis. Jakarta Pusat: PT Gramedia.
Syaifuddin.
(2009). Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
2.
Nama Percobaan : Canalis Semisirkularis Horizontalis
Nama
Subjek Percobaan : Oktari Kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan : Untuk
memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila
bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu :
memahami bahwa keseimbangan yang teganggu mudah dikembalikan seperti sediakala
: melihat adanya nistagmus.
b.
Dasar Teori : Di dalam saluran pendengaran terdapat sebuah saluran kecil diatas
rumah siput yang disebut kanalis semisirkularis. Kanalis semisirkularis terdiri
atas tiga saluran setengah lingkaran. Satu saluran berada dalam posisi
horizontal yang disebut ampula, sedangkan dua bagian lainnya dalam posisi
vertical, yaitu skula dan utrikula. Terdapat 3 buah kanalis yaitu superior,
posterior dan lateral yang membentuk sudut 90 derajat satu sama lain. Didalam
kanalis semisirkularis terdapat cairan dan rambut getar yang berfungsi sebagai
alat pengenal posisi sehingga kita dapat menjaga keseimbangan tubuh. Selain
itu, didalam saluran ini juga terdapat
suatu protein dan kalsium karbonat yang ikut menentukan posisi tubuh, yaitu
otolit. Bersama dengan cairan yang berada didalam analis semisirkularis, otak
dapat memahami posisi tubuh kita dan mempertahankan keseimbangan posisi tubuh.
c.
Alat yang Digunakan : Individu.
d.
Jalannya Percobaan : 1.
Pertama badan di putar kekanan 3 kali sama asisten lab dengan kepala menunduk
dan mata tertutup lalu jalan dengan mata terbuka.
2. Setelah sampai putar badan
kekiri sebanyak 3 kali dengan mata tertutup dan kepala menunduk lalu
jalan dengan mata terbuka.
e.
Hasil Percobaan : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1 Subjek mengalami pusing pada saat diputar pertama kali ke
arah kanan dan juga sulit berjalan lurus karena cairan endolimph dan perilimph
bergejolak namun hal ini tidak terjadi pada saat tubuh di putar untuk yang kedua
kalinya karena cairan tersebut yang ada didalam tubuh telah normal kembali.
1.2
Hasil Sebenarnya
1.2.1
Biasanya mengalami kesulitan untuk berjalan lurus. -> normal, karena cairan
endolimph dan perilimph terganggu atau tergejolak.
1.2.2
Biasanya tidak terlalu mengalami kesulitan untuk berjalan lurus seperti
percobaan 1 -> karena cairan endolimph dan perilimph normal kembali.
f. Kesimpulan : Di dalam saluran pendengaran terdapat sebuah saluran kecil diatas
rumah siput yang disebut kanalis semisirkularis. Kanalis Semisirkularis terdiri
atas 3 saluran setengah lingkaran. Terdapat 3 buah kanalis yaitu superior,
posterior dan lateral yang membentuk sudut 90 derajat satu sama lain. Ketika
kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimph akan mengalir di
atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut dan mengubahnya
menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot berkonsraksi untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru .
g. Daftar Pustaka : Hermawati,
Sri dkk. (1990). Ilmu penyakit telinga hidung
tenggorokan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Mutaqin,Arif. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan Gangguan sistem pernafasan. Jakarta:
Salemba medika.
Plotnik.
R. (2005:127). Introduction to psychology
7th edition. Australia: thomson&wodsworth.
3.
Nama Percobaan : Nistagmus
Nama
Subjek Percobaan : Oktari Kusuma Dewi
Tempat
Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan :Untuk memahami bahwa cairan endolimph dan perilimph yang terdapat pada telinga bila
bergejolak (goyang) akan menyebabkan keseimbangan seseorang terganggu :
memahami bahwa keseimbangan yang terganggu mudah dikembalikan seperti sediakala
: melihat adanya nistagmus.
b.
Dasar Teori : Nistagmus bisa timbul akibat gangguan apapun pada N. VIII ataupun
sambungannya pada batang otak atau serebelum dan pada intoksikasi fenitoin.
Arahnya dinamai fase cepat (nistagmus ‘gigi gergaji’). Nistagmus biasanya lebih
menonjol bila pasien melihat ke arah fase cepat. Sentakkan nistagmoid bisa
timbul pada mata yang normal karena kesalahan teknik pemeriksaan- baik memegang
objek terlalu dekat ke pasien atau terlalu jauh dari satu sisi.
Nistagmus horizontal terjadi setelah timbul kerusakan pada telinga
dalam,N.VIII,atau sambungannya pada batang otak dan hanya timbul beberapa
minggu pertama setelah kerusakan karena kemudian terjadi kompensasi sentral.
Kondisi ini lebih parah saat melihat ke arah yang menjauhi sisi lesi destruktif.
c.
Alat yang Digunakan :Individu
d.
Jalannya Percobaan:Subjek
diminta untuk berposisi seperti rukuk dengan tangan memegang telinga dan lutut
secara menyilang (contohnya tangan kanan memegang telinga kiri dan tangan kiri
memegang lutut kanan). Kemudian subjek diputar sebanyak 3 kali.
e.
Hasil Percobaan : 1.1 Hasil Percobaan
1.1.1 Subjek mengalami pusing,pandangan kabur, dan ingin jatuh.
1.2
Hasil Sebenarnya
1.2.1 Biasanya pandangan menjadi kabur atau berkunang-kunang.
1.2.2 Apa yang dilihat menjadi berputar-putar.
f. Kesimpulan : Nistagmus
merupakan sesuatu gejala yang timbul akibat
keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan pandangan
berkunang-kunang, dan kepala menjadi pusing, karena cairan endolimph dan
perilimph bergejolak atau baru bekerja.
g. Daftar Pustaka : Burnside, John W. (1990). Diagnosis fisik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pearce, C. Evelyn. (1979). Anatomi dan fisiologis untuk paramedis. Jakarta Pusat: PT Gramedia.
Pearce, C. Evelyn. (1979). Anatomi dan fisiologis untuk paramedis. Jakarta Pusat: PT Gramedia.
Rubenstein, David dkk. (2005) Kedokteran klinis. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar